Hassasiyah(kepekaan):
Perasaan yang hidup, empati,
kepekaan atau segala makna kepedulian adalah karunia besar bagi siapa
yang memperolehnya. Tidak semua orang punya sifat mulia itu, seperti
juga ada sedikit orang dengan kadar hassasiyah positif yang sangat
besar, bahkan mengalahkan kepekaannya atas kepentingan dirinya sendiri.
Hassasiyah
negatif ditemukan dalam wujud sukarnya seseorang dinasihati, ditegur
atau disindir alias mudah tersinggung. Mereka akan mutung, mogok atau
terluka untuk masa yang sangat panjang. Peradaban yang bangkit
memerlukan kadar hassasiyah yang cukup dari para pendukungnya.
Hassasiyah yang benar dan proporsional lahir dari kecintaan pada ilmu
dan kemauan mengamalkannya.
Almarhum Said Hawwa
memperkenal istilah ini dalam kontribusi pemikirannya bagi kebangkitan
umat. Bermula dari taujih (arahan) praktis, bagaimana Rasulullah Saw
menunda masuknya pasukan ke Madinah selepas melaksanakan tugas suci,
jihad. "Kalian akan menjumpai ikhwan kalian, maka solekilah pakaianmu
dan solekilah kendaraanmu, sehingga kalian menjadi seperti wangian di
tengah umat, karena sesungguhnya Allah tidak menyukai kekotoran dan
sikap suka berkotor-kotor. "(HR Ahmad, Abu Daud, Hakim & Baihaqi).
Hassasiyah
iman telah menjadikan kaum Anshar begitu cepat merespon panggilan
dakwah, bahkan sebelum Rasulullah Saw tiba di Madinah. Mereka berbagi
rumah dan harta dengan saudara Muhajirin yang pergi berhijrah
meninggalkan Makkah tanpa membawa harta. Para muhajir tidak begitu saja
memanfaatkan kemurahan hati kaum Anshar, melainkan berusaha secara
mandiri untuk bangkit dalam perekonomian.
(selengkapnya) Diambil dari buku :
Warisan Sang Murrabi, Pilar-pilar Asasi. KH. Rahmat Abdullah
Sabtu, 19 Oktober 2013
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar